Rabu, 13 Januari 2010

Why?

Kenapa sih kebanyakan orang Indonesia suka sekali menerka-nerka tentang sifat orang lain? dan biasanya suka salah.

lebih parah lagi penilaian terhadap sifat orang tersebut suka didasarkan akan hal-hal yang tidak logis, berdasarkan ramalan, contohnya.
sebenarnya saya punya beberapa pengalaman menarik mengenai hal ini, terutama oleh orang-orang yang baru saja mengenal saya. seringkali dengan melihat wajah den perwakan saya, orang lain cenderung "menebak-nebak" bahwa saya ada keturunan etnis tertentu atau memeluk agama tertentu yang kenyataannya TIDAK. Untuk hal-hal demikian saya cenderung kurang terlalu peduli, karena saya beranggapan hal itu masih cukup wajar. toh, mereka memang baru mengenal saya, dan toh, saya terpaksa harus meng-iya-kan diri bahwa wajah dan perawakan saya tidak jauh-jauh dari etnis tersebut (walaupun dalam hati saya tetap keukeh hanya mata saya saja yang memang sipit).
Hal yang kurang menyenangkan justru kalo penilaian itu datang dari teman yang tidak terlalu "dalam" berhubungan, tapi cukup sering melihat. Emm.. semacam teman yang tidak bisa dianggap dekat, tapi juga tidak bisa dianggap jauh. penilaian akan diri kita terkadang suka setengah-setangah, tidak komprehensif dan suka bikin gawat :)
ya terang saja gawat, karena mungkin saja terjadi suatu waktu mereka melihat kita berbuat hal yang kurang menyenangkan dan mulai menilai kita sebagai pribadi yang "tidak menyenangkan" padahal perbuatan itu baru sekali saja kita lakukan, bahkan untuk kedepannya juga tidak akan pernah lagi terulang.
dan lebih menyakitkan lagi kalo penilaian-penilaian tersebut didasarkan atas hal-hal yang kurang obyektif dan tidak logis, seperti yang saya bilang tadi mungkin contohnya ramalan, atau "ilmu membaca karakter".
untuk hal yang terakhir saya sebut, saya pernah juga mengalaminya. sebut saja teman saya si "Anu" pernah secara terang-terangan menilai saya sebagai pribadi yang tidak menyukai anak kecil (baca: wanita yang tidak suka dan sayang anak kecil), mungkin akan sering melawan suami, dan lain-lain hal yang notaben nya bersifat buruk. si "Anu" sebenarnya tidak terlalu kenal saya secara pribadi, tapi kami cukup kenal walaupun jarang bergaul bersama. dasar penilaiannya tidak lain dan tidak bukan dari "ramalan", "pembacaan karakter" atau lain-lain hal yang serupa yang saya tidak tau istilahnya. agak menyedihkan memang kalo kita dinilai buruk hanya karena penilaian-penilaian tidak berdasar seperti itu. bahkan saya saja belum punya anak dan suami. :)
menurut penilaian saya sendiri, memiliki anak yang lucu adalah suatu hal yang pasti membahagiakan karena perlu dicatat saya sangat suka bayi dan anak kecil. Saya tidak pernah berfikir untuk melawan suami saya kelak. tapi tentu saja saya merupakapribadi yang berusaha mempertahankan pendapat saya yang saya anggap benar. jangankan pendapat pribadi, pendapat orang lain saja yang saya anggap benar akan saya bela :p

memang, penilaian orang lain terhadap diri kita bisa menjadi masukan yang baik bagi kita. tapi bisa juga jadi malah bikin down, ya kan?
lebih baik kita percaya diri sajalah dan selalu berusaha menjadi yang terbaik bagi diri sendiri dan orang-orang yang kita sayangi.

eh satu lagi, bantu saya campaign dong? saya lagi pengen mengajak orang-orang untuk lebih aware kepada kepentingan sosial/ kepentingan bersama, termasuk mengenai hal-hal pribadi.
tag line campaign saya "Jadilah Orang ga bener HANYA untuk diri sendiri"
kalo mau jadi gag bener, jangan mempersulit orang lain yah ? oke? :p
seperti, jangan sukanya ngambil suami orang kaya si tante diva itu hoho

Cheers !
Melly Indriasari