Rabu, 28 September 2011

Happy Thursday!

What's good about Thursday? Yes! tomorrow is Friday.
Then be good today ;)




Kimono : Zara

Love,
M.I

Bring peace to the office ;)

We need a bright things to make something bright, as we need a peaceful heart to surrounds us with peace. Let's start every-good-thing from the inside :)





Basic Turtleneck : Mango. Trousers : Zara Basic. OuterKnit: ITC Kuningan.





Love,


M.I

Selasa, 27 September 2011

Awakening

We got confuse, but then laughing when every confusing things were suddenly understood ;)



Ring : Forever 21


Love,
M.I

Senin, 26 September 2011

The Queen of the rings


i don't really like wearing accessories, instead of the simplest.
we are learn, even in places we hate we will find good spots that suit to ourself, one or two.



Love,

M.I








the ring : forever 21

Selasa, 06 September 2011

...

"Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, apakah kamu percaya bahwa itu tidak bermakna?"-(Roman Misteri-Seri Bilangan Fu)

Senin, 05 September 2011

Idola

Sudah lama sekali saya terpesona dengan pemikiran dan pribadi Bapak Burhanudin Jusuf Habibie, pria yang berperawakan kecil, berbicara seakan meledak-ledak namun sungguh ber-isi (sudah tidak usah dibahas betapa ia sungguh pintar, rasanya semua orang tau betapa luar biasanya ia).


Seingat saya, saya tak cukup punya banyak idola. suka dengan perawakan, permainan, senyum atau hal-hal lain ya seringlah.. tapi jika sampai melekatkan "lebel" idola tentu tak semudah itu. ada ramuan tertentu untuk reaksi kimia semacam itu, yang secara sadar sayapun tak pernah tau, bagaimana.


beberapa tahun kebelakang, saya menemukan dua sosok lain, selain si pintar pembuat pesawat terbang itu. yang pertama, seorang dosen saya dibangku kuliah, ketika itu saya kuliah jurusan hukum dimana (di kampus saya) banyak dosen yang terlalu teoritis, kurang praktikal dan tidak open minded.. atau jikapun ada yang menunjukkan dirinya seolah-olah open minded, pada akhirnya saya tetap menemukan celah bahwa ia hanyalah open minded yang mungkin sebenarnya belum bisa menerima ke open minded-an orang lain hehe.

tapi tidak dengan dosen yang saya ceritakan ini. saya masih ingat bagaimana saya mengawali hari pertama saya dikelas itu (bahkan, kelasnya pun masih ingat. jarang yang seperti ini hehe). saya datang tak cukup cepat hingga bangku-bangku cukup penuh, posisi uenak saya yang biasa ditengah-tengah (tidak terlalu depan, tidak terlalu belakang) sudah terisi, habis. kalian bisa tebak, saya duduk dibarisan paling depan, begitupun saya masih bisa bersyukur tidak duduk dibaris dekat-dekat meja dosen.


karena ini adalah kelas pertama, maka pengajarnyapun belum ketahuan. lalu muncul Bapak ini dengan baju biru (yang kemudian saya tau, bahwa ia sering sekali memakai baju berwarna biru), belum pernah liat sebelumnya. Kesan pertama ya biasa saja, malah cenderung "sok galak" atau "galak" beneran saya tak taulah, yang pasti ia tidak mempersilahkan mahasiswa yang terlambat datang masuk kelas, dengan sedikit berteriak dan meminta mahasiswa yang duduk dekat pintu untuk menutupnya. Ia juga tidak menyukai mereka yang tidak membawa buku, apalagi ketahuan tidak membawa Burgelijk Wetboek atau Wetboek van koophandel (keduanya kitab sakti mahasiswa hukum, jurusan perdata dagang), ia bisa tidak berhenti menyindir, nyinyir-nyinyir yang terus terang saya kurang suka, "lelaki kok nyinyir-an".


karena ia mengajar mata kuliah hukum asuransi, maka hari pertama kelasnya itu ia bercerita tentang resiko. saya pikir si bapak galak ini punya warna suara yang cukup menarik, tidak terlalu berat tidak juga terlalu genit, saya yang tidak terlampau tertarik lama-lama fokus juga mendengarkan, apalagi posisi saya yang kurang menguntungkan, berada dibarisan terdepan. sampai suara yang menarik itu bertanya "Jadi.. apa yang dimaksud dengan resiko? mba yang pake baju biru?". Bapak ini menatap kearah saya, kepala saya alihkan kebelakang mencari-cari siapa tau ada mba-mba lain yang memakai baju berwarna sama. "kamu, iya kamu. yang pake baju biru". memang malangnya, tidak ada orang lain yang memakai baju biru disekitar-sekitar situ. Metodenya ternyata sangat menarik, ia tidak memberikan suatu pengertian atau definisi akan suatu hal. yang dilakukannya adalah memberikan informasi yang menstimulasi sesuai kebutuhan, kesimpulannya ada dikepala mahasiswanya sendiri.


Jawaban saya ternyata cukup memuaskan beliau, senyumnya mengatakan demikian. dilanjutkan dengan "siapa nama kamu?", "Melly, Pak". sejak saat itu, setiap kali pertanyaan miliknya tak mampu dijawab mahasiswa satu kelas, matanya lalu mencari-cari, mulutnya seraya bertanya pertanyaan yang lain lagi : "Melly, mana Melly?".


yang kedua, adalah seorang Mid-fielder asal Jerman. Mesut Ozil, keturunan Turki yang baru saya "kenal" pada piala dunia kemarin. No. 11. saya ingat betul bagaimana ia bermain dengan pintar (saya tak mengerti teknik sepak bola, tapi saya pikir saya yang awam ini bisa melihat segala gerakannya yang terarah dan tepat), puncaknya saat jerman menumbangkan Inggris sekaligus memaksa para pemainnya pulang dengan skor 4-1. Otak dan langkahnya yang brilliant kembali ia ulang saat menghadapi Argentina, disana saya mulai paham bahwa suatu hari kelembutan dan kecerdasan akan mengalahkan betapa kerasnya suatu hal. Ozil membuat saya menyukai sepak bola, permainan yang sejak dulu saya pikir hanya mementingkan hasil. ternyata sepak bola bisa cantik juga.


satu hal yang perlu digaris bawahi, saya percaya sosok idola bagi setiap orang punya nilai macam-macam, berdasarkan sejarah-sejarah tertentu. tapi jangan lupa, idola sedikit banyak mencerminkan bagaimana pribadi yang mengidolakan. jangan sampai terjerumus dan malah merugikan diri sendiri, jadilah eklektik (bukan oportunis).


hari ini, saya deklarasikan saya punya idola baru. "WW" namanya. mungkin ceritanya, lain kali saja ya? :)


Love,

M.I