Kamis, 05 Mei 2011

Yang tidak sempat dipahami :)








Atas dasar hukum manapun, baik itu hukum islam (hukum dari agama yg kebetulan saya anut dan karenanya saya pahami) maupun hukum pidana di negara Indonesia (negara yang kebetulan menjadi kebangsaan saya sehingga hukumnya mau tidak mau mengikat pada setiap perbuatan saya), suatu tindakan atau perbuatan manusia akan dinilai dari: niat. kamus besar bahasa indonesia mendeskripsikannya sebagai berikut:

ni-at (n) : maksud atau tujuan perbuatan: mudah-mudahan--baik anda terwujud;2. kehendak (keinginan dalam hati) akan melakukan sesuatu

sedangkan berdasarkan pelajaran agama islam yang saya pelajari di sekolah, niat terdiri atas 3 aspek :

Diyakini dalam hati;
Diucapkan dengan lisan (tidak perlu keras); dan

Dilakukan dengan perbuatan

(saya rasa saya tidak perlu lagi menjelaskan bagaimana niat pada akhirnya menuju pada suatu perbuatan real, yang karena ke-real-an nya itu mungkin saja menimbulkan dampak bagi siapa saja, cepat atau lambat)

sebagai penganut agama yang berusaha menjalankannya dengan baik serta masyarakat yang sadar hukum hoho, saya berusaha memahami perbuatan seseorang (atau bahkan orang itu sendiri) dari niat atau maksud perbuatannya. sehingga alih-alih saya dapat memahami (atau paling tidak berusaha memahami) kenapa yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan tertentu (yang mungkin saja awalnya perbuatan itu terlihat tidak baik/tidak sesuai dengan hati nurani kita).


tujuannya? siapa tau dengan memahami hal tersebut saya bisa sadar bahwa perbuatannya tidak seburuk (tidak se terpuji) yang saya kira atau siapa tau saya dapat membantu mewujudkan tujuan yang diharapkan dari perbuatan itu, atau kalau pun tidak dapat membantu saya bisa menentukan tindakan seperti apa yang patut saya lakukan sehingga tidak mengganggu perwujudan tujuan perbuatan tersebut.
(sampai disini kita bisa bayangkan bagaimana apabila niat seseorang atas perbuatannya tidak tersampaikan dengan baik atau bahkan sama sekali tidak tersampaikan kepada orang lain; salah paham)


pernah terlibat pembicaraan yang kira-kira begini ?:

A: em, apa alasan kamu ga suka makan pisang, kalau boleh tau?

B: ada 101 alasan orang ga suka pisang. itu hal biasa lagi.

A: iya, aku tau itu hal biasa. cuma aku pengen tau kenapa. orang ga suka pisang memang biasa, tapi alasan dibalik itukan belum tentu "biasa".

B: it's just banana for god sake.

A: *** bingung* berpikir untuk menghentikan obrolan karena pasti akan sia-sia. tapi sebenarnya ia masih ingin tau dalam rangka ingin mencoba mengerti kenapa si B ga suka makan pisang.

manusia memang di"butakan" oleh Nya untuk selalu mengarah pada kesalahpahaman, lalu mengapa kita yang memang saling menyayangi tidak berusaha untuk mengerti atau membiarkan untuk dimengerti yang lain?

atau, kita memang dibuat untuk menerima begitu saja? :)

Love,

M.I