Minggu, 05 September 2010

Another "eat, pray, love"

have u ever felt a broken heart? how did you feel? err how does it feel? :)

banyak orang melukiskan rasa "patah hati"-nya dengan sebutan "biru" atau digubah sedikit menjadi "blue" dalam bahasa lain..
bagi kebanyakan orang (mungkin secara umum bisa dipake contoh pada wanita) patah hati itu rasanya seperti sakit yang amat dalam, kecewa, distrust, hilang semangat, hilangnya kebahagiaan, yang menjadi satu kesatuan. menjadi teramat berat karena bawaannya jadi kepikiran terus, merusak batin dan pada akhirnya merambat ke fisik.. *begitukan? :p
banyak yang jadi ga mau makan, males ngapa-ngapain, depresi berlebihan, phobia denger nama 'mantan" disebut tapi sebenarnya pengen banget tau kabarnya :p, sungguh untuk wanita secara umum keadaan yang demikian bisa dikatakan cukup "normal" :)
tapi pertanyaannya, sampai kapan mau seperti itu terus??
bagi kebanyakan wanita, bangkit dari patah hati adalah hal yang sulit dan amat panjang prosesnya, dan untuk itu memerlukan waktu yang amat lama sehingga orang cenderung berkata "biarkan waktu yg menyembuhkan", "time will heals".
prinsip semacam itu ga salah sebenarnya, tapi sesungguhnya setiap orang punya kans yang besar untuk mempercepat proses penyembuhan dirinya sendiri.
bagi saya, seorang wanita yang tengah patah hati dan ingin segera sembuh, pertama kali harus "menemukan dirinya" sendiri dulu. kalau banyak orang berpendapat "patah hati"-nya dulu yang harus disembuhkan, atau dirinya dulu harus ditenangkan itu tidak salah, tapi bagi saya kurang tepat.
seorang wanita harus bisa "menemukan" jati dirinya kembali, yang mungkin hilang dulu disaat fase cinta-cintaan, semisal merasa ketergantungan, merasa harus mengungkapkan perasaan setiap hari. contoh realnya: harus sms-an.
"menemukan dirinya" bisa dilakukan dengan mendekatkan diri kepada Tuhan (bukan sok religius, tapi ini kenyataan), merenungi bahwa diri kita masih sangat berharga dan kita bisa hidup tanpa orang lain, apalagi kalau hanya sekedar pacar. merenungi kenyataan bahwa meskipun ada salah satu pihak yang telah melukai, sebenarnya hubungan itu berakhir juga karena kuasa sang pencipta, jadi di fase ini kita berusaha untuk mengubah "sudut pandang" bahwa ada salah satu diantara kita yang telah berbuat "salah" (belum memaafkan sih, hanya berusaha untuk mencoba lebih logical).
dalam fase "menemukan diri" ini selain pekerjaan batin, bisa juga ditambah dengan bantuan "pekerjaan" fisik, em seperti : menghabiskan waktu dengan berolah raga, menonton film-film mikir yang bermutu (hindari film cinta-cintaan), shooping, menyibukkan diri dengan bekerja, belajar, membaca apa saja pokoknya yg sifatnya "mencari" sesuatu (karena sebenarnya ada yg hilang dalam diri kita). dengan menemukan diri sendiri, seorang wanita yang patah hati pada akhirnya akan merasa lebih kuat, lebih mandiri dari sebelumnya, karena dia telah mengenal kemampuannya sendiri dan tengah berpijak pada kakinya sendiri.
setelah merasa telah "menemukan diri" sendiri yang sempat hilang, seorang yang patah hati sekarang masuk kepada fase yang lebih berat sedikit saja, yaitu mengubah "sudut pandang". sudut pandang yang baru diharapkan akan lebih 'firm" di otak wanita yang tengah dalam proses penyembuhan sakit hati. ini berat karena pada hakikatnya wanita hanya terdiri dari dua jenis : 1. yang mudah dipengaruhi atau 2. yang keras kepala. untuk keduanya, pekerjaan "merubah sudut pandang" bukanlah pekerjaan yang ringan.
bagi seorang wanita yang mudah dipengaruhi, proses peng-insepsian pandangan mungkin akan dilalui dengan mudah, tapi akan sulit untuk membuat suatu pandangan tersebut solid didalam otaknya, karena mudahnya berubah-ubah prinsip. sedangkan yang terjadi pada wanita "keras kepala" adalah sebaliknya, tapi ketika "sudut pandang baru" telah didapat kemampuannya akan sekeras baja.
pandangan apa sajakah yang perlu dirubah dalam fase ini? banyak, tapi pada intinya seorang wanita harus bisa merubah pandangan yang cenderung lebih mengetengahkan "perasaan" ketimbang "logika dan realita". hal lain yang juga harus di praktekkan adalah merubah kata "mengapa ya?" menjadi "kenapa tidak?". jangan lagi mengungkit mengenai mengapa kita tidak bisa bersama? mengapa ga dicoba lagi aja?, jauhkan lah pikiran-pikiran terlalu positif semacam itu, dan temukan penggantinya dalam "kenapa tidak putus dari dulu ya?", "kenapa tidak mencoba hal-hal lain yang lebih menarik?, "kenapa tidak saya sadari sejak dulu bahwa saya punya potensi ini potensi itu?" "kenapa tidak saya liat hal-hal yang hanya mungkin saya lakukan kalau tidak bersama dia?" berpikirlah negatif untuk mendapatkan energi positif untuk diri sendiri :)
setelah kita berhasil menemukan diri sendiri, dan merubah sudut pandang, kita pasti akan bisa lebih rileks terhadap diri kita sendiri, lebih berjuang untuk membahagiakan diri kita, meraih apa yang seharusnya diraih, mengejar impian, dan lebih kuat tentu saja dari sebelumnya. hal ini sangat penting karena sesorang yang pada hakikatnya tengah berusaha untuk "memaafkan kesalahan" baik dirinya sendiri maupun orang lain, terlebih dahulu ia harus kuat, karena dalam posisi yang lemah orang cenderung untuk "membalas dendam". bukan begitu? :)
setelah ini kita akan masuk ke fase berikutnya yang lebih menarik, saya janji akan menuliskannya untuk anda di hari lain. selamat menyembuhkan patah hati ya ;)
cheers,
Melly Indria

2 komentar:

mira.mira.mira mengatakan...

time does not heal mel, time would only help you to adjust to the pain, and slowly that pain will turn into a scar, a scar that will stay there forever as a reminder *omongan orang pesimis, hahaha

mira.mira.mira mengatakan...

time does not heal mel, time would only help you to adjust to the pain, and slowly that pain will turn into a scar, a scar that will stay there forever as a reminder *omongan orang pesimis, hahaha